ILMU DAN SENI MANAJEMEN
Ilmu
(science) adalah sekumpulan pengetahuan yang telah disistematisasikan di
kumpulkan, dan di terima menurut pengertian umum keadaan suatu subjek dan objek
tertentu. Science management (manajemen ilmiah) adalah suatu kumpulan
pengetahuan yang di sistematisasi, dikumpulkan, dan diterim menurut pengertian
kebenaran-kebenaranuniversal mengenai manajemen.Scientific management adalah
manajemen yang menggunakan ilmu (science) dan scientific method. Scientific
method adalah suatu pendekatan yang tepat terhadap suatu objek ilmu dan tujuan
utamanya ialah untuk menambah pengetahuan yang sudah ada.
Science managemen memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a.Tersusun secara sistematis/teratur.
b.
Dapat di pelajari dan di ajarkan.
c.Menggunakan
metode- metode ilmiah.
d.
Dapat di jadikan suatu teori.
e.Objektif
dan rasional.
Scientific
manager ialah manajer yang menggunakan science dan scientific method dalam
suatu usaha memimpin kegiatan-kegiatan bawahannya melalui fungsi-fungsi
manajemen.Seni (art) adalah sesuatu krativitas pribadi yang kuat dan disertai
keterampilan.Science mengjarkan kepada orang suatu pengetahuan, sedangkan art
(seni) mendorong orang untuk berpraktek.
Manajer
adalah seorang ilmuan dan sekaligus seniman, yang mengandalkan diri pada ilmu,
ia pun harus mempunyai ’’firasat, keyakinan-keyakinan,
kreativitas’’ dan menguasai cara-cara ‘’ penerapannya ‘’. Karena itu seorang yang
mempunyai pengetahuan luas tentang manajemen bisa saja gagal dalam melaksanakan
tugasnya sebagai seorang manajemen yang kompeten, jika ia kurang menguasai art
of management (seni manajemen).
PERBEDAAN
ANTAR SCIENCE DAN ART
Science
Art Art/seni
1. Perkembangan
secara teoretis 1.
Berkembang secara praktis
2. Membuktikan
2.
Merasa
3. Meramalkan 3.
Menerka
4. Memberikan
definisi 4.
Menguraikan/mengajarkan
5. Memberikan
kepastian/ukuran 5.
Memberikan pendapat
Dengan
demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa ilmu mengajarkan kita tentang sesuatu,
sedangkan seni/art mengajarkan kita bagaimana sesuatu hal dilakukan. Pendekatan
ilmu yang dilakukan oleh para ahli dikenal atas ’’ pendekatan klasik dan
pendekatan modern’’. Kedua cara
pendekatan ini mempunyai perbedaan yang
sifatnya gradual saja. sebagai berikut.
1.
Pendekatan
klasik lebih memfokuskan analisis spesialisasi dan penguraian yang sifatnya
mikro. Sedangkan pendekatan modern lebih memfokuskan teori dengan penguraian
kepada perpaduan dan perencanaan, menyajikan seluruh (generalis) pandangan yang
di butuhkan, jadi sifatnya makro (generalis)
2.
Pendekatan klasik
(ilmu klasik) penggunaannya (sifatnya) unidimensi, jadi cenderung kepada
hal-hal yang terbatas, sedangkan pendekatan modern cenderung pandangannya ’’multidimensi’’
jadi kepenggunaan kepada hal-hal yang
luas.
Misalnya,
pada pendekatan klasik, kursi hanya digunakan untuk tempat duduk, sedangkan
pada pendekatan modern, kursi hanya dapat digunakan untuk beberapa hal seperti
tempat duduk, tangga, pemukul, dll.
3.
Pendekatan
klasik terhadap manajemen/organisasi lebih memfokuskan pada internal (metode
dan prosedur kerja), sedangkan pendekatan modern generalis meliputi metode,
prosedur dan system
(internal dan
eksternal)-nya.
Metode adalah
cara-cara pelaksanaan kerja dengan seefisen mungkin atas suatu tugas yang
diperoleh dengan memperhitungkan segi-segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga
kerja, waktu ruang dan biaya-biaya yang tersedia.(penulis).
Prosedur kerja adalah tatakerja yang merupakan
suatu rangkaian, sehingga menunjukan suatu urutan terhadap demi tahap serta
jalan yang harus di tempuh dalam rangka penyelesaian
suatu bidang tugas.(penulis).
Sistem adalah suatu proses yang terdiri dari
berbagai unsur atau komponen yang satu
sama lain berkaitan secara struktur dan fungsional, saling menunjang dan
mengisi, sesuai dan peranan kedudukan masing-masing namun keseluruhannya secara
mutlak di dukung oleh setiap komponen, betapapun kecil nilainya (Prof.Dr.Didi
Admadilaga).
Jadi, setiap system mengandung masukan, proses,
output, dan merupakan suatu kesatuan yang bekerja sendiri. Akan tetapi setiap
sistem berkaitan pula dengan suatu system yang lebih luas dan lebih tinggi
tingkatnya maupun dengan subsistem-subsistemnya sendiri yang mewakili integrasi
berbagai sistem dari tingkat yang lebih rendah.
Misalnya: manajer
harus menyadari dan menghayati bahwa tujuan yang di capainya itu berkata
peranan semua karyawannya ( bawahannya), betapapun kecilnya nilai yang di
berikan masing-masing pekerjaan pada bidangnya. Jadi, hasil yang
di capai merupakan totalitas nilai yang di berikan oleh individu-individu
karyawan pada bidangnya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar