Sejarah Arab Masa Nabi Muhammad SAW
MASA NABI
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mendapat berbagai macam perintah dalam firman Allah,
ﻳﺂ ﻳﻬﺎ ﺍﻟﻣﺩ ﺛﺭ ﴿۱﴾ ﻗﻡ ﻓﺄ ﻧﺫﺭ ﴿۲﴾ ﻭﺭﺑﻙ ﻓﻛﺑﺭ ﴿٣﴾
ﻭﺛﻳﺎ ﺑﻙ ﻓﻁﻬﺭ ﴿٤﴾ ﻭﺍﻟﺭ ﺟﺯ ﻓﺎﻫﺟﺭ﴿۵﴾
ﻭﻻ ﺗﻣﻧﻥ ﺗﺳﺗﻛﺛﺭ ﴿٦﴾ ﻭﻟﺭﺑﻙ ﻓﺎ ﺻﺑﺭ ﴿۷﴾
Artinya :
“ hai orang yang berselimut,
bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu
bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi
(dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak, dan untuk (memenuhi
perintah) Rabbmu, bersabarlah “( Al-Muddatstsiar : 1 - 7 ).
Sepintas lalu ini merupakan
perintah-perintah yang sederhana dan remeh. Namun pada hakikatnya mempunyai
tujuan yang jauh, berpengaruh sangat kuat dan nyata. Ayat-ayat ini sendiri
mengandung materi-materi dakwah dan tabligh. Dan semua ayat ini menuntut tauhid
yang jelas dari manusia, penyerahan urusan kepada Allah, meninggalkan
kesenangan diri sendiri dan keridhaan manusia, untuk dipasrahkan kepada
keridhaan Allah.
Sungguh ini merupakan perkataan yang
besar dan menakutkan, yang membuat beliau melompat dari tempat tidurnya yang
nyaman dirumah yang penuh kedamaian, lalu siap terjun ke kancah diantara arus
dan gelombang kehidupan.
Setelah beliau bangkit dari
tempat tidurnya itu, dimulailah beban yang besar yang harus dilaksanakan
beliau. Mulai saat itu, hingga ia wafat, ia tidak pernah istirahat dan
diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit
dan senantiasa bangkit untuk berdakwah kepada Allah, memanggul beban yang berat
diatas pundaknya, tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang besar di
muka bumi ini, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan
dan jihad di berbagai medan.
Kita bisa membagi masa dakwah
Rasulullah SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total dengan yang
lainnya, yaitu :
Periode atau fase Mekkah,
berjalan kira-kira selama tiga belas tahun.
Periode atau fase Madinah,
berjalan selama sepuluh tahun penuh.
A. FASE MEKKAH
Setiap periode memiliki
tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Yang satu berbeda
dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang
menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail.
Periode Mekkah dapat dibagi
menjadi tiga tahapan dakwah, yaitu :
Tahapan Dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
Tahapan Dakwah secara
terang-terangan ditengah penduduk Mekkah, yang dimulai sejak tahun keempat
dari nubuwah hingga akhir tahun kesepuluh.
Tahapan Dakwah diluar Mekkah dan
penyebarannya, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari nubuwah hingga hijrah ke
Madinah.
1. Tahap pertama
Tiga tahun Dakwah secara
sembunyi-sembunyi
Mekkah merupakan sentral agama
bangsa Arab. Disana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap
berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Cita-cita untuk
memperbaiki keadan mereka tentu bertambah sulit dan berat jika orang yang
hendak mengadakan perbaikan jauh dari lingkungan mereka. Hal ini membutuhkan
kemauan yang keras yang tidak bisa diguncang musibah dan kesulitan. Maka dalam
menghadapi kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah
dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekkah tidak kaget karena tiba-tiba
menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.
Pada awal mulanya Rasulullah SAW
menampakkan islam kepada orang yang paling dekat dengan beliau. Anggota
keluarga dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru mereka ini kepada
islam, juga menyeru kepada siapa pun yang dirasa memiliki kebaikan yang sudah
beliau kenal secara baik dan mereka pun mengenal beliau secara baik. Dalam
tarikh islam, mereka disebut As-Sabiqunal Awwalun ( yang terdahulu dan yang
pertama masuk islam).
Mereka adalah istri beliau, Ummul
Mukminin Khadijah binti Khuwailid, pembantu beliau, Zaid bin Haritsah, anak
paman beliau, Ali bin Abu Thalib, yang saat itu Ali masih anak-anak dan
hidup dalam asuhan beliau, dan sahabat karib beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Bakar yang dikenal
kaumnya sebagai seorang laki-laki yang lemah lembut, pengasih dan ramah,
dan memiliki akhlak yang mulia bersemangat membantu Rasul mendakwahkan islam.
Berkat seruannya, ada beberapa orang yang masuk islam, yaitu :
- Utsman bin Affan
- Az-Zubair bin Al-Awwan
- Abdurrahman bin Auf
- Sa’d bin Abi Waqqash
- Thalhah bin Ubaidillah
Mereka ini juga termasuk
orang-orang yang lebih dahulu masuk islam, kawanan pertama dan fajar
islam. Ada juga kawanan lainnya yang termasuk orang-orang yang
pertama masuk islam, yaitu :
- Bilal bin Rabbah - Abu
Salamah bin Abdul Asad
- Amir bin Al-Jarrah - Al-
Arqam bin Abil Arqam
- Fathimah bin Al-khattab -
Khabbab bin Al-Arrat
- Dan banyak lagi lainnya
Setelah melihat beberapa kejadian
disana-sini, ternyata dakwah islam sudah didengar orang-orang Quraisy pada
tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan
perorangan. Namun merekan tidak ambil peduli.
Selama tiga tahun dakwah masih
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Selama jangka waktu ini
telah terbentuk sekelompok orang-orang mukmin yang senantiasa menguatkan hubungan
persaudaraan dan saling bahu-membahu. Penyampaian dakwah terus dilakukan,
hingga turun wahyu yang mengharuskan Rasulullah SAW menampakkan dakwah kepada
kaumnya. Menjelaskan kebatilan mereka dan menyerang berhala-berhalasesembahan
mereka.
2. Tahap Kedua
Dakwah secara Terang-Terangan
Langkah pertama yang dilakukan
Rasulullah ialah dengan mengundang kerabat dekat. Beliau mengundang Bani Hasyim
dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Beliau menyeru kepada kaumnya
kepada Allah dan berserah diri kepada RabbNya. Namun dari sekian banyak yang
datang, semua menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang mendukung dan
memerintahkan melanjutkan perjuangan Rasul, tetapi Abu Thalib tidak punya
pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Al-Muthalib.
Setelah Nabi SAW merasa yakin
terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan
wahyu Allah, maka suatu hari beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru :
“ Wahai semua orang!” maka semua
orang berkupul memenuhi seruan beliau, lalu beliau mengajak mereka kepada
tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.”
Dari yang hadir disitu, Abu Lahab
angkat bicara “ Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau
mengumpulkan kami.”
Lalu turun ayat “ Celakalah kedua
tangan Abu Lahab”
Seruan beliau semakin menggema
seantero Mekkah, hingga kemudian turn ayat,
“ Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.”
Maka Rasulullah langsung bangkit
menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik. Menyebutkan kedudukan
berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai.
Mekkah berpijar dengan api
kemarahan, bergolak dengan keanehan dan pengingkaran, tatkala mereka mendengar
suar yang memperlihatkan kesesatan orang-orang musyrik dan para penyembah
berhala. Suara itu seakan akan petir yang membelah awan, berkilau, menggelegar
dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk
menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini, dan yang dikhawatirkan
akan merusak tradisi warisan mereka.
Orang-orang Quraisy bingung,
karena sepanjang sejarah nenek moyang mereka dan perjalanan kaumnya, mereka
tidak pernah mengetahui bandingan yang seperti itu. Setelah menguras pikiran,
tidak ada jalan lain lagi bagi mereka menghadapi orang yang jujur dan dapat
dipercayai ini (Muhammad SAW) kecuali mendatangi paman beliau, Abu Thalib.
Mereka meminta kepadanya agar menghentikan segala apa pun yang diperbuat anak
saudaranya.
Dengan perkataan yang halus dan
lemah lembut, Abu thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang
dengan tangan hampa sehingga Rasulullah bisa melanjutkan dakwah, menampakkan
agama Allah dan menyeru kepadaNya.
Semenjak penolakan itu, dan orang-orang
Quraisy tahu bahwa Muhammad SAW sama sekali tidak menghentikan dakwahnya, maka
mereka memeras pikiran dan menyimpulkan untuk membenamkan dakwah ini.
Beberapa cara penghadangan mereka
terhadap dakwah Rasulullah SAW, yaitu :
- Dengan ejekan dan penghinaan,
olok-olok dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan
orang-orang muslim dan menggembosi kekuatan mental mereka.
- Menjelek-jelekkan ajaran
beliau, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang
menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau.
- Melawan Al-Qur’an dengan
dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu,
agar mereka meninggalkan Al-Qur’an.
- Menyodorkan beberapa
bentuk penawaran, sehingga dengan penawaran itu mereka berusaha untuk
mempertemukan islam dan jahiliyah ditengah jalan.
- Berbagai macam tekanan dan
penyiksaan terhadap pengikut-pengikut Rasulullah SAW.
- Pemboikotan secara
menyeluruh terhadap pengikut Muhammad SAW.
Dari hari ke hari penyiksaan dan
tekanan yang dilancarkan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi. Hingga
Rasulullah menyuruh kaumnya untuk hijrah dan berdakwah keluar Mekkah.
3. Tahap Ketiga
Dakwah diluar Mekkah
Karena keadaan semakin mendesak,
tekanan disana sini terhadap pengikutnya, Rasulullah memerintahkan agar kaumnya
hijrah dan mendakwahkan islam ke Habasyah. Rasulullah tahu bahwa raja yang
berkuasa adalah seorang raja yang yang adil, tak bakal ada seorang pun yang
teraniaya disisinya.
Pada bulan Rajab tahun kelima
dari nubuwah, sekelompok sahabat hijrah yang pertama kali ke Habasyah, terdiri
dari dua belas orang laki-laki dan empat orang wanita, yang dipimpin Utsman bin
Affan.
Karena siksaan dan penindasan
yang ditimpakan orang-orang Quraisy semakin menjadi-jadi, Nabi SAW tidak
melihat cara lain kecuali memerintahkan mereka untuk hijrah untuk kedua
kalinya. Kali ini hijrah berjumlah delapan puluh tiga orang laki-laki dan
delapan belas wanita. Sementara itu, Rasulullah SAW tetap berada di Mekkah
untuk terus mendakwahkan Agama Allah buat penduduk Mekkah.
Banyak kejadian yang terjadi
setelah Rasulullah menetapkan perintah kepada pengikutnya untuk hijrah ke
Habasyah. Dari keislamannya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib,
yang membuat islam semakin kuat, hingga keadaan duka hati Rasulullah atas
meninggalnya paman beliau Abu Thalib dan Istri beliau Khadijah binti Khuwailid.
Pada tahun kesepuluh dari
nubuwah, Rasulullah SAW pergi ke Thaif, beliau pergi dengan berjalan kaki.
Dengan didampingi pembantunya Zaid bin Haritsah, beliau mengajak penduduk
setiap kabilah yang ia lalui kepada islam. Namun tak satu pun yang memenuhinya.
Sesampainya di Thaif, beliau
menyeru agama Allah kepada pemimpin Bani Tsaqif. Namun semua menolaknya dan
mencaci maki beliau sambil melempari batu kearah beliau. Pembantu Nabi SAW,
Zaid senantiasa melindungi beliau.
Saat musim haji tiba, beliau
kembali ke Mekkah dan berdakwah kepada orang-orang yang melaksanakan haji dari
segala penduduk diluar Mekkah. Agama Allah mereka bawa ke negerinya. Hingga
tersebar luaslah islam di jazirah Arab. Diantaranya yaitu :
- Suwaid bin Shamit, Dia
adalah seorang penyair yang cerdas dari penduduk Yatsrib yang juga di juluki
Al-Kamil oleh kaumnya.
- Iyas bin Mu’adz, Dia
seorang pemuda belia dari Yatsrib.
- Abu Dzarr Al-Ghifary, Dia
termasuk penduduk pinggiran Yatsrib.
- Thufail bin Amr Ad-Dausy,
Dia seorang Penyair cerdas dan pemimpin Kabilah Daus
- Dhimad Al-Azdy, Dia
berasal dari Azd Syanu’ah dari Yaman.
Dalam beberapa waktu, sampailah
islam ke penjuru jazirah Arab, hingga ke Madinah, islam di Madinah disambut
baik oleh penduduk. Dakwah berhasil di bumi Yatsrib ini. Semua ketentuan Allah
membuat islam semakin bercahaya dan bersinar.
B. FASE MADINAH
Setelah Islam berhasil dan
diterima penduduk Madinah melalui peristiwa Baiat aqabah pertama dan kedua.
Islam mulai memancangkan tonggak negara ditengah padang pasir yang
bergelombang kekufuran dan kebodohan. Ini merupakan hasil paling besar yang
diperoleh islam semenjak dakwah dimulai.
Rasulullah memerintahkan seluruh
pengikutnya Hijrah ke Madinah, tak tersisa seorang mukmin pun berada di Mekkah
kecuali Rasulullah SAW, Abu Bakar, Ali bin Abu Thalib, dan beberapa orang yang
memang diperintahkan untuk tetap di Mekkah sampai ada perintah dari Allah SWT.
Pada suatu ketika Jibril turun
kepada beliau membawa wahyu dari Allah, seraya mengabarkan persekongkolan
Quraisy yang hendak membunuh Rasulullah dan bahwa Allah telah mengizinkan
beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah.
Singkat cerita, setelah beliau
dan rombongan memasuki Madinah, beliau disambut penduduk Madinah dengan gembira
dari kalangan Anshar. Sangkin gembiranya kalangan Anshar, mereka berharap agar
Rasulullah singgah dirumah-rumah mereka.
1. Sistem Sosial Kemasyarakatan,
Politik, Ekonomi Dan Sumber Keuangan Negara
a. Rasulullah membangun masyarakat
baru
Langkah pertama yang dilakukan
Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun langsung dalam pembangunan
mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya berkata : “ Ya Allah, tidak
ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah
orang-orang Anshar dan Muhajirin.”
Beliau juga membangun beberapa
rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun
korma yang disangga beberapa batang pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk
istri-istri beliau. Setelah semuanya beres, maka beliau pindah dari rumah Abu
Ayyub kerumah itu.
Mesjid itu bukan hanya merupakan
tempat sholat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang Muslim
untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya, sebagai balai pertemuan
dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa
pengaruh perselisihan semasa jahiliyah.
Disamping semua itu, mesjid
tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang
miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat dan
masih bujangan atau belum berkeluarga.
Disamping membangun mesjid
sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia, Rasulullah SAW juga mengambil
tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha mempersatukan antara
orang-orang Muhajirin dan Anshar.
Beliau mempersaudarakan
orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong menolong, saling mewarisi
harta jika ada yang meninggal dunia disamping kerabatnya. Maka persaudaraan
ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela
kecuali islam. Disamping itu agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit
dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan
merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaan.
Rasulullah menjadikan
persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar dilaksanakan.
Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata. Melainkan harus merupakan
tindakan nyata yang mempertautkan darah dan harta. Saling mengasihi dan
memberikan pertolongan dalam persaudaraaan ini.
Rasulullah mempersaudarakan
mereka dengan ketentuan ketentuan agama islam atas keridhaan Allah SWT. Dengan
hikmah kepintarannya ini, rasulullah telah berhasil memancangkan sendi-sendi
masyarakat yang baru. Beliau juga menganjurkan agar mereka menshadaqahkan
hartanya, dan juga menganjurkan mereka agar menahan diri dan tidak suka
meminta-minta, kecuali terpaksa, dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa
puas.
Begitulah cara beliau mengangkat
moral dan spirit mereka, membekali mereka dengan nilai-nilai yang tinggi.
Sehingga mereka tampil sebagai sosok yang ideal dan manusia yang sempurna.
Dengan cara ini Nabi SAW mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di
Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah.
b. Perjanjian dengan pihak yahudi
Setelah islam sudah terpancang
dibumi Madinah, dan islam juga sudah kokoh di negeri itu, maka Rasulullah
mengatur hubungan dengan selain golongan muslim. Perhatian beliau saat itu
terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagian dan kebaikan bagi
semua manusia. Untuk itu beliau menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh
tenggang rasa, yang tidak pernah terbayangkan dalam kehidupan dunia yang selalu
dibayangi fanatisme.
Tetangga yang paling dekat dengan
orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian
dan permusuhan terhadap orang-orang Muslim, namun mereka tidak berani
menampakkannya. Rasulullah menawarkan perjanjian kepada mereka, yang intinya
memberikan kebebasan menjalankan agama dan memutar kekayaan, dan tidak boleh
saling menyerang atau memusuhi.
Ada dua belas butir isi
perjanjian itu, Diantaranya adalah :
Orang-orang Yahudi adalah satu
umat dengan orang-orang Mukmin. Bagi orang Yahudi agama mereka dan bagi
orang Mukmin agama mereka.
Orang-orang Yahudi dan Mukmin
masing –masing harus menafkahkan kehidupan mereka.
Mereka harus saling bahu-membahu
dalam menghadapi musuh yang hendak membatalkan perjanjian ini.
Mereka harus saling menasehati,
berbuat baik dan tidak boleh berbuat jahat.
Perjanjian ini tidak boleh
dilanggar kecuali memang dia orang yang zhalim dan jahat.
Dengan disahkannya perjanjian
ini, maka Madinah dan sekitarnya seakan-akan merupakan satu negara yang makmur.
Ibukota Madinah dan Presidennya, jika boleh disebut begitu, adalah Rasulullah
SAW. Pelaksan pemerintahan dan penguasa mayoritas adalah orang-orang Muslim.
Sehingga dengan begitu Madinah benar-benar menjadi ibukota bagi Islam.
c. Harta rampasan perang
Pada saat kafilah dagang kaum
Musyrik Mekkah mengadakan perjalanan dagang dari Syam ke Mekkah. Hal ini
diketahui orang-orang muslim. Ini merupakan kesempatan emas bagi pasukan
Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak terhadap orang-orang Musyrik.
Pukulan dalam bidang politik, ekonomi dan militer.
Kafilah dagang itu sendiri
membawa harta kekayaan penduduk Mekkah, yang jumlahnya sangat melimpah, yaitu
sebanyak 1000 ekaor onta, yang membawa harta benda milik mereka, yang nilainya
tidak kurang dari 5000 dinar emas. Sementara yang mengawalnya tidak lebih dari
empat puluh orang.
Harta rampasan perang ini didapat
pada saat terjadinya perang Badar yang tak terhindarkan lagi pada saat orang
nuslim Madinah hendak merampas harta kafilah dagang ini. Disini kita tak
menyinggung bagaimana bisa terjadinya perang Badar, karena akan kita bahas pada
topic yang lain.
Harta rampasan inilah modal
kekayaan orang-orang muslim di Madinah. Harta rampasan ini dibagi-bagikan
kepada penduduk Madinah. Dan pada saat ini pula turun ayat yang mewajibkan
puasa dan membayar zakat. Sehingga orang-orang muslim yang miskin di Madinah
dapat terbantu karena syari’ah yang ditetapkan Allah.
Arab setelah islam
Periode klasik (650-1250M).
Periode ini meliputi dua masa. Yaitu: masa kemajuan dan masa disintegrasi. Yang
termasuk dalam masa kemajuan, yaitu masa Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidun,
Bani Umayyah, dan masa permulaan daulah Abbasiyah. Pada masa ini, Islam
berkembang dari system keagamaan pada masa Makkah menjadi sistem kenegaraan
pada masa Madinah, dan pada masa Bani Umayyah di Damaskus. Setelah itu Islam berkembang
menjadi pusat kebudayaan dan peradaban, yaitu pada masa Daulah Abbasiyah di
Baghdad dan Daulah Amawiyah II di Andalusia.[4]
Setelah Islam mencapai puncak keemasannya (650-1000M), maka tibalah masa
disintegrasi (1000-1250) yang ditandai dengan lemahnya kekuasaan khalifah
dan semata-mata sebagai boneka bagi pengawalnya dan lemahnya control
pemerintahan pusat terhadap daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat.[5]
Pada masa kemajuan itu, ditandai dengan diutusnya Nabi menjadi Rosul, dan
adapula yang berpendapat bahwa periode ini di tandai dengan peristiwa hijrahnya
Rasulullah ke Madinah (16 Juli 622M). Nabi diutus untuk menyebarkan agama Islam
dan perantaranya adalah Al-Qur’an. Karena pada saat itu masyarakat Jahiliyah
sangat gandrung dengan kesusastraan. Maka dari itu, Al-Qur’an di turunkan dengan
bahasa sastra, seperti yang lazim dipakai oleh masyarakatnya. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan:
1. Untuk
menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya, sehingga dengan demikian mereka
bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab.
2. Untuk
menantang mengungguli syair-syair Jahiliyah, sehingga Al-Qur’an memiliki daya
hidup dan vitalis yang tinggi di tenah-tengah aktivitas dan kepandaian orang
Arab dalam bersyair. Fungsi Al-Qur’an sebagai mu’jizat bagi kelangsungan tugas
Nabi Muhammad SAW.[6]
Selama 10 tahun Rasulullah tinggal di Madinah, sehingga ia dan kaun muslimin
mendapatkan kesempatan untuk menaklukkan Makkah dan membebaskan Ka’bah dari
berbagai berhala yang sebelumnya berada di sekitarnya. Nabi meninggal di usia
63 tahun pada tahun 632M/11H. Setelah itu kepemimpinan umat Islam berada di
tangan Abu Bakar (w.634M/11H). Kebijakan pertama yang di lakukannya adalah
memerangi orang-orang yang murtad dan golongan yang menolak membayar zakat.
Pada masa itu pula ia berhasil mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf yang
sebelumnya berserakan dalam berbagai tulisan di pelepah kurma, batu tipis,
tulang, dan lembaran kain .[7]
Umar bin Khattab (w. 644M/23 H) melanjutkan kepemimpinan Islam setelah Abu
Bakar. Usman bin Affan (w. 656M/35H), pada masa pemerintahannya ia berhasil
menyusun Al-Qur’an dalam satu bentuk bacaan, yang sebelumnya memiliki banyak
versi. Usman meninggal terbunuh usia 82 tahun ketika ia membaca Al-Qur’an
akibat ketidakpuasan rakyatnya atas kebijakan politiknya yang cenderung
nepotisme.[8]
`Pada masa Ali bin Abi Tholib (w.661M/40H) terjadi berbagai kerusuhan dan
kekacauan pasca terbunuhnya Usman. Ada satu keputusan yang ditetapkan
Ali, yaitu memerangi kelompok pembangkan tersebut yang berujung pada perang
Jamal yang dipimpin oleh Aisyah dan perang Shiffin yang dipimpin oleh
Mu’awiyah.[9]
Pemerintahan Abu Bakar ke Ali disebut masa khulafaurrasyidun. Setelah
itu, beralih menjadi kerajaan turun temurun. Dinasti pertama didirikan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan (w.661M/41H).
Dinasti Basni Umayyah mencapai puncak kejayaan pada masa Al-Walid (w.715M/96H).
Sedang, Umar bin Abdul Aziz(w.720M/101H) adalah seorang khalifah Umayyah yang
terkenal dengan ketaqwaan, kezuhudan, dan kejujurannya. Ia adalah khalifah
ketiga setelah Abu Bakar dan Umar dari Khulafaurrasyidun.[10]
Secara umum masa kekuasaan dinasti Umayah berlangsung selama 91 tahun.
Khalifah-khalifah besar dari dinasti Umayah adalahMu’awiyah bin Abi Sufyan
(660-680 M)/40-60H), ‘Abd al-Malik bin Marwan (685-705M/65-86H), al-Walid bin
‘Abd al-Malik(705-715M/86-96H0, Umar bin ‘Abd Aziz (717-720M/99-101H).
Sedangkan Marwan bin Muhammad (w.750M/132H).[11]
Penyebab keruntuhan dinastu Umayah ada dua faktor, pertama:faktor intern,
yaitu adanya persaingan dan perebutan kekuasaan diantara para keluarga
khalifah. Kedua: factor ekstern, yaitu adanya perselisihan dan pengaruh
yang cenderung yang mengarah pada fanatisme golongan Arab Mudariyah di Utara
dan Yamaniyah di Selatan.[12]
Dinasti Abbasiyah adalah pelanjut dinasti Umayyah. Pendiri dinasti tersebut
adalah Abu al-Abbas al-Saffah (w.754M/136H) yang didukung oleh kaum Mawali
pimpinan Abu Muslim yang berasal dari Khurasan, yaitu orang muslim non-Arab.
Meskipun al-Saffah disebut sebagai pendiri Bani Abbasiyah, namun penggantinya
Abu Ja’far Al-Mansur (w.776M/158H) yang harus disebut sebagai Pembina dan
peletak dasar dinasti yang sebenarnya. Dinasti Abbasiyah mencapai puncak
kejayaan pada masa Harun Al-Rosyid (w.809M/193H), perhatiannya lebih banyak di
curahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan keperluan social sampai-sampai
kehidupan mewah, kesenangan dan kebesarannya digambarkan dalam cerita seribu
satu malam.[13]
Pengganti al_rosyid adalah Al-Amin (w.813M/198H), putranya adalah Al-Ma’mun
(w.833M/218H). selanjutnya diganti oleh al-Mu’tashim (w.843M/227H). jadi,
khalifah dinati Abbasiyah yang terakhir adalah al-Mu’tashim (w.1258M/656H) dan
ia berkuasa ketika kota Baghdaddiserbu oleh serangan Hulagu Khan tahun
1258 M.[14]
Perbedaan antara dinasti Bani Umayyah dengan dinastu Bani Abbasiyah
adalah: Pertama, Bani Umayyah lebih mendahulukan solidaritas
Arabnya, Kedua, konsentrasi Bani Umayyah lebih besar pada perluasan
wilayah Islam, dan dinasti Bani Abbasitah lebih banyak konsentrasinya pada
peningkatan sumber daya menusia dengan menonjolkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan, hingga peradaban Islam mencapai tingkat yang tinggi.[15]
Secara umum periode klasik terbagi menjadi dua. Pertama, pada masa kemajuan dan
keemasan Islam yang terjadi mulai tahun 650M sampai tahun 1000M. Sedangkan
period kedua adalah masa kemunduran dan disintegrasi yang dimulai tahun 1000M
hingga runtuhnya Baghdad pada tahun 1258 M.[16]
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Bangsa
Arab sebelum datangnya Islam, dalam kondisi primitive, dan ummi. Oleh karena
itu, mereka disebut Arab Jahiliyah.
2. Periode
Klasik Islam Arab mempunyai dua masa, yaitu : masa kemajuan, dan masa
disintegrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar